Sejarah Runtuhnya Kerajaan Majapahit. Dibalik cerita kejayaan yang dialami oleh majapahit, tersimpan sebuah cerita yang membuat kerajaan tersebut runtuh.
Sejarah Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Kehancuran Kerajaan Majapahit, yang di sertai tumbuhnya negara-negara Islam di Bumi Nusantara, menyimpan banyak sekali fakta sejarah yang sangat menarik untuk diungkap kembali. Sebagai kerajaan Hindu terbesar di tanah Jawa, Majapahit bukan saja menjadi romantisme sejarah dari puncak kemajuan peradaban Hindu-Jawa, sudah menjadi bukti sejarah tentang pergulatan politik yang terjadi di tengah islamisasi pada masa peralihan.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit banyak mengantarkan suatu peradaban bagi orang China dalam proses islamisasi di Nusantara. Stigma yang kecenderungan para sejarawan dalam mengungkapkan bahwa kedatangan Islam di Indonesia lebih pada kecenderungan orang Arablah yang berjasa sebagai penyebar Islam, sehingga tidak pernah melirik, orang China pernah andil dalam membangun peradaban Islam.
Peristiwa keruntuhan Majapahit yang berpusat di Mojokerto diyakini terjadi tahun 1478, namun sering diceritakan dalam berbagai versi, antara lain:
Raja terakhir adalah Brawijaya. Ia dikalahkan oleh Raden Patah dari Demak. Brawijaya mengundurkan diri dan pindah ke gunung Lawu, kemudian masuk agama Islam melalui Sunan Kalijaga, dimana pengikut setianya yaitu Sabdapalon dan Noyogenggong sangat menentang kepindahan agamanya.
Sehingga, dikenal adanya semacam sumpah dari Sabdopalon dan Noyogenggong, yang salah satunya mengatakan bahwa sekitar Teori ini muncul berdasarkan penemuan Kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong. 500 tahun kemudian, akan tiba waktunya, hadirnya kembali agama budi, yang kalau ditentang, akan menjadikan tanah Jawa hancur lebur luluh lantak.
Majapahit runtuh tahun 1478, ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggala Kediri. Tahun peristiwa tersebut di tulis dalam Candrasangkala yang berbunyi “Hilang sirna kertaning bhumi”.
Demikian kisah runtuhnya kerajaan majapahit yang diambil berbagai sumber.
Yang menarik dari kisah ini adalah kelahiran Raden Patah (Jin Bun), putra dari Prabhu Kertabhumi (Raden Brawijaya) dengan putri Cina yaitu Darawati. Babah Ban Tong (Ban Hong) berpendapat bahwa anak perempuannya pantas menjadi selir raja. Ketika selir ini hamil tua dia dihadiahkan kepada Swan Liong di Kukang, dengan pesan bahwa Swan Liong bisa berhubungan dengannya apabila sudah melahirkan. Maka terlahirlah Raden Kusen (Husein) saudara tiri Jin Bun (Raden Patah) dan mereka dibesarkan bersama. Ketika berumur 18 tahun dengan diam-diam mereka pergi ke jawa. Kusen mengabdi kepada raja Majapahit dan diangkat menjadi Adipati Terung. Sedangkan Jin Bun menolak ajakan adiknya dengan kata-kata termashur yang dimuat dalam Babad Tanah Jawi : “Saya sudah terlanjur memeluk agama islam. Menurut keyakinan saya itulah agama yang baik. Sayang ke-islaman saya jika harus mengabdi kepada raja Majapahit yang kafir (padahal raja itu adalah Ayahnya sendiri).
ReplyDeleteJin Bun berguru kepada Bong Swi Hoo dan kemudian membuka hutan belantara di Bintara (Bing Tolo, Demak). Mari kita lihat apa yang dikatakan Prof. Slamet Mulyono (Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara Islam di Nusantara, Bharatara 1968) : “Pembukaan hutan Bintara oleh Jin Bun yang pada hakekatnya adalah persiapan untuk merobohkan kekuasaan Majapahit, karena dia memperoleh gelar pangeran dan pengakuan resmi dari raja untuk mengerjakan pembukaan hutan sehingga tidak ada orang yang mencurigai pekerjaan itu tersebut”.
Perbuatan Jin Bun itu pada hakekatnya adalah sebuah kegitan rahasia untuk melawan Majapahit. Swan Liong dan Jin Bun sebagai peranakan Cina-Jawa meskipun mereka putra Majapahit hanya bekerja demi kepentingan masyarakat Cina-Islam, paadahal mereka tidak ada kebanggan sama sekali dengan ke-Jawa-annya. Selama 3 tahun dia berhasil membuka hutan Bing Tolo dan mengumpulkan pengikut lebih dari 1000 orang yang telah dijiwai fanatisme agama. Kekuatan ini cukup untuk menguasai kota Semarang (1447) dari orang Cina non islam.
Saatnya tiba ketika Bong Swi Hoo meninggal (1478), karena gurunya ini adalah penghalang terakhir dari niat Jin Bun untuk menyerbu Majapahit. Majapahit diserbu secara tiba-tiba dan raja Kertabhumi (Raden Brawijaya) yang tidak membuat persiapan apa-apa akhirnya ditawan dan dibawa ke Demak. Seperti penuturan Prof. Slamet, “kota Majapahit tidak mengalami kerusakan apapun, seolah-plah tidak terjadi apa-apa. Kerajaan yang remuk dari dalam dan rusak ekonomi, ahlak yang merosot, secara mendakak ditekan dari luar sehingga tidak sanggup mengadakan perlawanan.
Setelah dikatakan demikian Majapahit runtuh, akhirnya raja baru Nyoo Lay Wa diangkat oleh Jin Bun akan tetapi 6 tahun kemudian orang ini terbunuh oleh rakyat dan akhirnya digantikan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, ipar Jin Bun). Raja terakhir ini pun akhirnya diserbu oleh laskar demak di bawah pimpinan Sunan Kudus karena diketahui berhubungan secara rahasia dengan musuh bebuyutan demak yaitu orang portugis. Habislah Majapahit tahun 1527 M. Misi Cheng Ho yang telah dipaparkan sebelumnya dengan jitu telah direalisasikan oleh Jin Bun (Raden Patah).
Kita mendapat pelajaran yang begitu berharga dari runtuhnya sebuah peradaban Hindu di tanah Jawa yang dulunya pernah mengalami puncak kejayaan. Namun berakhir di tangan garis keturunannya sendiri akibat dari fanatisme buta terhadap sebuah doktrin, namun terlepas dari itu faktor terpenting dari runtuhya Majapahit adalah nilai-nilai yang dulunya pernah dipegang teguh telah sirna, pun karena pemimpin yang tidak menyiapkan penerus untuk melanjutkan visi kerajaan. Tanpa ada niat dari penulis untuk membuka luka lama, marilah kita berpikir sejenak bahwa perbedaan prinsip selalu menyisakan ruang terjadinya saling ketidakpercayaan.
Tapi ini masih pendapat yang masih diperdebatkan oleh kalangan ahli sejarah kan?
ReplyDeleteBahkan dalam masalah Islamisasi Tanah Jawa sendiri, ada pendapat lain yang mengatakan Perihal wali sanga.
Wali sanga sendiri menurut pendapat tersebut adalah sebuah majlis khusus yang dibentuk oleh Kerajaan Otoman guna menyebarkan agama Islam di jawa. Majlis ini terdiri dari para ulama dari dunia Islam. Ketika ada salah satu wali yang wafat maka diganti dengan ulama lainnya. Sejarah Nusantara masih dalam perkembangan keilmuan, karena Indonesia sendiri baru dalam era kilmiahan belum mencapai satu Abad. Sehingga para ahli sejarah masih terus membangun dan membentuk Sejarah Indonesia yang sesuai dengan fakta Ilmiah, bukan sekedar opini maupun mitos saja.
Kamu Anti Arab atau Anti Islam?
ReplyDeleteOleh: @Jonru
Saya heran sama orang yang anti Arab. Alasannya apa?
Kalau alasannya, "Kita harus cinta dan menjaga budaya asli Indonesia," berarti kita juga harus anti Amerika, anti Korea, anti India, anti Australia, anti China, dan sebagainya.
Kalau alasannya, "Arab menjajah Indonesia dengan tameng penyebarluasan agama," maka sungguh lucu! Karena justru orang-orang Eropa yang TERBUKTI menjajah Indonesia sambil membawa agama Kristen. Sedangkan Islam masuk ke Indonesia lewat perdagangan dan secara damai, bukan lewat penjajahan.
* * *
Kau bilang, "Ini Indonesia, bukan Arab. Tak perlu pakai istilah akh, antum, syukran, jazakallah, abi, umi, dst."
Padahal saat merayu pacarmu, kamu berkata, "I Love you. I miss you." Saat patah hati, kamu berkata, "Gue gagal move on, nih."
Hm.. itu bahasa Indonesia atau bukan, ya?
Kau terlihat sangat anti Arab dengan alasan "Kita harus cinta pada budaya Indonesia." Padahal di saat yang sama kamu membela ajang Miss World, yang jelas-jelas bukan budaya Indonesia.
Orang yang suka lagu nasyid berbahasa Arab kamu cela-cela dengan alasan, "Itu bukan dari Indonesia." Padahal kamu justru memuja-muja para boyband dari Korea, tergila-gila pada film India, dan cinta buta terhadap film dan musik dari Amerika.
Kamu mungkin lupa:
Nama-nama hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu itu berasal dari bahasa Arab.
Istilah musyawarah dan adab juga dari bahasa Arab.
Banyak sekali istilah bahasa Arab yang kini diserap ke dalam bahasa Indonesia, dan ternyata sering kamu pakai, dan kamu menyukainya!
Bahkan kalau kamu belajar sejarah Bahasa Indonesia, kamu akan KAGET DAN SHOCK, karena ternyata bahasa Arab memiliki pengaruh yang SANGAT KUAT terhadap bahasa Indonesia.
Kamu mungkin belum tahu, bahwa struktur bahasa Indonesia dan Arab itu PERSIS SAMA. Saking samanya, kita bisa dengan mudah melakukan penerjemahan kata demi kata. Hal seperti ini tidak bisa dilakukan terhadap bahasa lain.
Coba kamu terjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dengan sistem terjemahan perkata. Bisa? Dijamin tak bisa. Karena pasti hasil terjemahannya akan sangat ngaco.
Tapi bahasa Arab BISA. Itula salah satu bukti bahwa bahasa Indonesia dan Arab punya hubungan yang sangat erat.
Kalau kamu mencela Islam sebagai agama dari Arab, bukan dari Indonesia, hei... apa kamu lupa bahwa Kristen, Hindu dan Budha pun bukan dari Indonesia. Agama asli Indonesia adalah ANIMISME.
Katanya TKW dibunuh di Arab Islam, lalu yang menjajah kita 350 tahun agama nya apa? Yang memberi kita pengalaman romusha agama nya apa? Yang membunuh TKW di hongkong agamanya apa? Lupa, ya?
Jadi kenapa harus anti Arab?
Jangan-jangan kamu sebenarnya anti Islam, bukan anti Arab.